Info
Memuat...

Membuka Mata Hati dan Menjadi Orang yang Bijaksana

 Membuka Mata Hati dan Menjadi Orang yang Bijaksana

Mata hati adalah indera batin yang dapat melihat hakikat segala sesuatu. Dengan mata hati yang terbuka, kita dapat memahami makna kehidupan dengan lebih mendalam. Kita juga dapat berkata-kata dengan mutiara hikmah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Imam Syafii berkata, "Siapa yang ingin Allah bukakan hatinya, dan Allah berikan hikmah kepadanya; maka hendaklah dia berkholwat (menyendiri dengan ibadah), mengurangi makan, dan tidak bergaul dengan orang-orang yang bodoh dan sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab."

Berkholwat berarti menyendiri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berkholwat, kita dapat membersihkan hati dari segala macam kekotoran. Kita juga dapat lebih fokus untuk merenungkan makna kehidupan dan mencari hikmah dari segala sesuatu.

Mengurangi makan juga dapat membantu membuka mata hati. Makan berlebihan dapat membuat hati menjadi berat dan tidak mampu berpikir jernih. Sebaliknya, dengan mengurangi makan, kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan pikiran, sehingga hati menjadi lebih peka dan mudah menerima hikmah.

Berusaha menjauhi orang-orang yang bodoh dan sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab juga dapat membantu membuka mata hati. Orang-orang yang bodoh dan tidak berilmu hanya akan membawa kita pada kebodohan dan kesesatan. Sebaliknya, orang-orang yang berilmu, obyektif, dan beretika akan membawa kita pada kebenaran dan kebaikan.

Ibarat pandangan seseorang terhadap sesuatu yang sangat besar, semakin dia jauh dari benda itu, maka semakin menyeluruh pula pandangan dia terhadap sesuatu tersebut. Begitu pula pandangan kita terhadap dunia, semakin kita menjauh dari dunia, kita akan dapat memandang hakekat dunia itu dengan lebih menyeluruh.

Apalagi bila Allah memberikan kita setitik ilmu-Nya karena kedekatan kita dengan-Nya, tentu akan semakin jelas pandangan mata hati kita terhadap dunia ini dan semakin lengkap pengetahuan kita tentangnya.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa ada tiga cara untuk membuka mata hati dan menjadi orang yang bijaksana, yaitu:

  1. Berkholwat (menyendiri dengan ibadah)
  2. Mengurangi makan
  3. Menjauhi orang-orang yang bodoh dan sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab

Semoga Allah senantiasa memberi kita mata hati yang jernih untuk bisa menatap setiap hikmah yang ada di depan kita.

Penjelasan Tambahan

Berikut adalah beberapa penjelasan tambahan untuk memperjelas makna dan manfaat dari ketiga cara membuka mata hati tersebut:

  • Berkholwat

Berkholwat berarti menyendiri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berkholwat, kita dapat membersihkan hati dari segala macam kekotoran, seperti dosa, riya, dan kesombongan. Kita juga dapat lebih fokus untuk merenungkan makna kehidupan dan mencari hikmah dari segala sesuatu.

Berkholwat dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan berpuasa, berzikir, membaca Al-Qur'an, atau mengikuti kegiatan-kegiatan spiritual lainnya.

  • Mengurangi makan

Mengurangi makan dapat membantu membuka mata hati karena makan berlebihan dapat membuat hati menjadi berat dan tidak mampu berpikir jernih. Sebaliknya, dengan mengurangi makan, kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan pikiran, sehingga hati menjadi lebih peka dan mudah menerima hikmah.

Mengurangi makan tidak berarti harus berpuasa terus-menerus. Kita dapat mengurangi porsi makan kita, atau mengganti makanan yang kita konsumsi dengan makanan yang lebih sehat dan bergizi.

  • Menjauhi orang-orang yang bodoh dan sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab

Berteman dengan orang-orang yang baik dan bijaksana dapat membantu kita untuk menjadi orang yang baik dan bijaksana pula. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang yang bodoh dan tidak berilmu hanya akan membawa kita pada kebodohan dan kesesatan.

Orang-orang yang bodoh adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang agama dan kehidupan. Mereka sering kali bertindak berdasarkan hawa nafsu dan emosinya, sehingga mudah terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kesesatan.

Sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab juga dapat berbahaya bagi kita. Mereka sering kali menggunakan ilmunya untuk menipu dan menyesatkan orang lain.

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih teman dan guru. Kita harus memilih orang-orang yang baik dan bijaksana, yang dapat membawa kita pada kebaikan dan kebenaran.

Populer

hadits-hadits tentang niat

informasi mengenai hadits-hadits tentang niat, dilengkapi dengan teks Arab, transliterasi, terjemahan, dan penjelasan singkat untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Saya juga akan memverifikasi keabsahan hadits berdasarkan sumber yang disebutkan dan memberikan konteks tambahan mengenai pentingnya niat dalam Islam. 1. Hadits Riwayat Umar bin Khattab **Teks Arab**:   إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى   **Transliterasi**:   *Innāma al-a‘māl bi an-niyyāt, wa innāma li kulli imri’in mā nawā*   **Terjemahan**:   “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.”   **Sumber**: HR. Bukhari (no. 1) dan Muslim (no. 1907)   **Penjelasan**:   Hadits ini merupakan salah satu hadits paling fundamental dalam Islam, sering disebut sebagai *hadits niat*. Hadits ini menegaskan bahwa niat adalah d...

Kitab Alfiyah-6

 Kalimat ini merupakan bagian dari Alfiyah Ibnu Malik. Berikut adalah terjemahannya: وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً Artinya: "Dan ia, karena keunggulannya, memperoleh keutamaan." Dalam bagian ini, Ibnu Malik menjelaskan bahwa Alfiyah yang ia susun memiliki keunggulan dan dianggap istimewa, sehingga memperoleh status yang tinggi atau keutamaan dalam bidangnya. مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ  Artinya: "Yang pantas mendapatkan pujian yang indah." Bagian ini menunjukkan bahwa karya Alfiyah layak mendapatkan pujian yang baik dan indah. Ibnu Malik menegaskan bahwa karyanya bukan hanya unggul, tetapi juga sangat dihargai dan layak dipuji oleh para pembaca dan pengkaji ilmu. Secara keseluruhan, kalimat ini menggambarkan keunggulan dan nilai tinggi dari Alfiyah Ibnu Malik, yang diakui sebagai karya yang patut dipuji dalam kajian ilmu nahwu.

Surat Al-Baqarah (Surat 2, ayat 2)

  Ayat "Żālikal-kitābu lā raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a)" adalah ayat kedua dari Surat Al-Baqarah (Surat 2, ayat 2) dalam Al-Qur’an. Ayat ini memiliki makna yang sangat mendalam dan menjadi salah satu ayat yang menegaskan keutamaan serta fungsi Al-Qur’an. Berikut adalah penjelasan makna ayat ini secara ringkas dan jelas: Teks dan Terjemahan Teks Arab : ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ Transliterasi : Żālikal-kitābu lā raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a). Terjemahan : "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." Makna Ayat "Żālikal-kitābu" (Kitab ini) : Kata "żālika" (ini) merujuk pada Al-Qur’an, kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penggunaan kata "kitab" menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang terdokumentasi, penuh kebijaksanaan, dan sempurna. "Lā raiba fīh(i)" (Tidak ada keraguan di d...