Penjelasan Konsep dalam Ayat Māliki yaumid-dīn
Penjelasan Konsep dalam Ayat "Māliki yaumid-dīn(i)" (Pemilik Hari Pembalasan)
Ayat Māliki yaumid-dīn(i) berasal dari Surah Al-Fatihah ayat 4, yang merupakan salah satu ayat fundamental dalam Al-Qur'an. Frasa ini mengandung beberapa konsep teologis yang penting dalam Islam:
- Kepemilikan Mutlak Allah atas Hari Pembalasan:
- Māliki berarti "Pemilik" atau "Penguasa" yang memiliki otoritas penuh. Allah digambarkan sebagai satu-satunya Penguasa Hari Kiamat (Yaumid-dīn), hari ketika semua makhluk akan diadili berdasarkan perbuatan mereka selama di dunia.
- Konsep ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak menentukan nasib setiap jiwa, memberikan balasan atas kebaikan atau keburukan, tanpa ada campur tangan pihak lain.
- Hari Pembalasan (Yaumid-dīn):
- Yaumid-dīn merujuk pada Hari Kiamat, hari ketika manusia akan menghadapi penghitungan amal (hisab). Ini mencakup konsep keadilan ilahi, di mana setiap perbuatan, sekecil apa pun, akan diperhitungkan (QS. Az-Zalzalah: 7-8).
- Hari ini juga menunjukkan bahwa dunia bukanlah akhir dari keberadaan manusia, melainkan ada kehidupan akhirat yang menjadi tujuan akhir.
- Keadilan dan Kekuasaan Allah:
- Ayat ini menegaskan sifat Allah sebagai Al-'Adl (Maha Adil) dan Al-Malik (Maha Penguasa). Tidak ada kekuatan lain yang dapat mengubah keputusan Allah pada hari itu, dan semua urusan kembali kepada-Nya (QS. Al-Infitar: 19).
- Peringatan dan Motivasi:
- Ayat ini menjadi pengingat bagi umat manusia untuk selalu bertakwa, karena setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Ini mendorong umat untuk hidup sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Referensi Hadits yang Merujuk pada Ayat Ini
- Hadits tentang Keutamaan Surah Al-Fatihah:
- Teks Hadits: Dari Abu Sa’id Al-Mu’alla, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Aku akan mengajarkan kepadamu surah yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid.’ Kemudian beliau memegang tanganku, dan ketika hendak keluar, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau berkata akan mengajarkan surah yang paling agung.’ Beliau bersabda, ‘(Yaitu) Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, itu adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku.’” (HR. Bukhari, no. 4474).
- Kaitan dengan Ayat: Hadits ini menegaskan bahwa Surah Al-Fatihah, termasuk ayat Māliki yaumid-dīn, adalah bagian dari surah teragung yang disebut As-Sab’ul Matsani. Ayat ini menjadi inti dari pengakuan seorang hamba terhadap kekuasaan Allah di Hari Kiamat.
- Hadits tentang Hari Kiamat dan Kekuasaan Allah:
- Teks Hadits: Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah berfirman, ‘Aku adalah Raja (Malik), di mana para raja (duniawi) pada hari ini?’” (HR. Muslim, no. 2788).
- Kaitan dengan Ayat: Hadits ini menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak pada Hari Kiamat, sebagaimana tersirat dalam Māliki yaumid-dīn. Semua kekuasaan duniawi akan lenyap, dan hanya Allah yang menjadi Penguasa sejati.
Penjelasan dalam Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain (karya Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti), penjelasan ayat Māliki yaumid-dīn adalah sebagai berikut:
- Māliki: Berarti "Pemilik" atau "Penguasa" Hari Kiamat. Ada dua bacaan yang diterima: Māliki (dengan memanjangkan huruf "a") dan Maliki (dengan huruf "i" pendek). Kedua bacaan ini sah dan memiliki makna serupa, yaitu menegaskan bahwa Allah adalah Penguasa tunggal yang memiliki otoritas penuh.
- Yaumid-dīn: Merujuk pada Hari Kiamat, hari ketika setiap manusia akan mendapatkan balasan atas perbuatannya, baik kebaikan maupun keburukan.
- Tafsir ini menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan sifat Allah sebagai Penguasa yang Maha Adil, yang akan memutuskan setiap urusan di Hari Kiamat tanpa ada pihak lain yang dapat ikut campur.
Kesimpulan dan Penjabaran
Kesimpulan: Ayat Māliki yaumid-dīn mengandung konsep teologis yang mendalam tentang kekuasaan, keadilan, dan Genetika manusia, yang menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas penuh atas Hari Kiamat, mendorong kesadaran akan akuntabilitas perbuatan manusia di akhirat.
Penjabaran:
- Teologis: Ayat ini memperkuat keyakinan umat Islam akan adanya Hari Kiamat dan keadilan ilahi, yang menjadi landasan akidah Islam.
- Praktis: Ayat ini menjadi pengingat untuk menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, karena semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
- Ibadah: Dalam konteks Surah Al-Fatihah, ayat ini dibaca dalam setiap rakaat salat, mengingatkan umat Islam secara konstan akan Hari Pembalasan, sehingga mendorong ketakwaan dan ketaatan.
Ayat ini, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain dan didukung oleh hadits, menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Penguasa Hari Kiamat, dan ini menjadi motivasi bagi umat untuk hidup sesuai syariat demi meraih ridha-Nya di akhirat.